SOCIAL MEDIA

Monday, April 13, 2020

MANAJEMEN KEUANGAN KELUARGA



Berikut adalah resume dialog online khusus untuk alumni Enlightening Parenting via aplikasi zoom 11 April 2020 dengan tema Manajemen Keuangan Keluarga yang dibawakan mbak Okina Fitriani dan pak Ronny Gunarto (keluarga Gunarto). Ini adalah dialog online kedua selama masa pandemi.

Saya mengetik langsung apa saja yang disampaikan mbak Okina dan pak Ronny saat dialog. Jadi telinga fokus ke suara mereka berdua, mata saya fokus ke mimik muka mbak okina dan slide yang ditampilkan beliau, tangan saya ngetak-ngetik, plus mulut saya nggak berhenti ketawa ngakak dengar dialog mbak Okina dan pak Ronny. Hahaha…

Siapa yang sudah tau tentang manajemen keuangan keluarga?

Ada baiknya sebelum membaca resume ini, silahkan disimak juga artikel yang dtulis mbak Okina di blog beliau :


Manajemen Keuangan Keluarga (MKK) itu sebetulnya apa sih?

Ada banyak referensi tentang definisi MKK. Namun, pada prinsipnya menurut pak Ronny, MKK adalah bagaimana aktifitas-aktifitas kita dalam mendapatkan pendanaan dan bagaimana sebuah keluarga mengelola dan membelanjakannya sehingga tercapai tujuan yang diharapkan. Karena ini Manajemen Keuangan Keluarga tentunya tujuannya adalah tujuan dalam keluarga tersebut.
Jadi, jika bicara MKK, maka berkaitan dengan bagaimana visi misi dan values dalam keluarga tersebut. Misalnya value dalam memandang uang, dll.


Kenapa sebuah keluarga perlu memiliki Manajemen Keuangan Keluarga?

(Okina Fitriani)


1.    Menuju rejeki yang bermanfaat dan barokah.
Karena setiap rejeki yang kita dapatkan, pasti harus kita pertanggungjawabkan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ

Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang sama dengan 500 tahun.”
(HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353)

وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.”
(QS. Al Hajj: 47)

Satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia. Jadi, setengah hari di akhirat itu sama dengan 500 tahun di dunia. Wuuah…
Bisa dibayangkan lamanya ya.

Kenapa kok orang kaya lebih lama masuk surganya daripada orang miskin?
Karena semakin banyak rejeki yang diterima, maka akan semakin lama proses hisabnya. Kita akan mempertanggungjawabkan bagaimana mendapatkan dan membelanjakannya.
Disinilah pentingnya MKK, yaitu untuk meyakinkan bahwa rejeki yang didapat itu digunakan untuk sesautu yang bermanfaat dan barokah baik dunia maupun akherat.

2.    Optimalisasi penghasilan (kebutuhan dan prioritas).
Kalau kata pak Ronny nih ya, selama kita nggak punya pohon uang atau bebek yang bertelur emas (hahahaha…), maka amat sangat perlu yang namanya optimalisasi apa yang kita punya, karena dana atau uang yang didapat kan sifatnya terbatas.

Dalam optimalisasi ada yang namanya skala prioritas, yaitu membedakan mana yang kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan. Kemampuan diri untuk mampu menggolongkan antara kebutuhan dan keinginan menjadi salah satu cara jitu untuk mengoptimalkan kondisi keuangan

Lalu bagaimana membedakan kebutuhan dan keinginan?
Pakai contoh aja ya biar mudah.
Misalnya nih sebuah keluarga membutuhkan kendaraan untuk aktifitas seluruh anggota keluarganya bersama-sama. Lalu keluarga tersebut membeli mobil merk X, maka ini termasuk kebutuhan.
Taaapiiii, ternyata si ayah kekeh sumekeh beli mobil merk Z yang harganya berkali-kali lipat dari merk X, dengan alasan “suka”, maka itu termasuk keinginan. Ehem!
Mana suaranya duhai para ayaaaah??? Hahahaha….

Contoh lain misalnya dalam hal makan.
Sebuah keluarga untuk hidup sehari-hari, maka makan biasa dengan lauk pauk yang sehat 3x sehari termasuk dalam ranah kebutuhan. Namun, jika keluarga tersebut memilih makan di restoran setiap hari atau setiap akhir pekan, maka ini termasuk keinginan.

Jadi, penting sebuah keluarga mampu membuat skala prioritas dan memilah antara kebutuhan dan keinginan.

3.    Antisipasi kebutuhan masa depan.
MKK bukan hanya tentang bagaimana sebuah keluarga hidup saat ini. Tapi, juga bagaimana untuk mengantisipasi masa depan. Antisipasi ini tentang apa saja sih yang dibutuhkan di masa depan, berapa besaran dana yang harus disisihkan dari sekarang dan bagaimana pengelolaannya.

4.    Mencapai cashflow yang sehat.
Tentu setiap keluarga menginginkan cashflow keluarga mereka sehat. Jangan sampai pendapatan yang didapat tiap bulan langsung habis untuk bayar hutang.

5.    Rumah tangga harmonis.
Keuangan itu adalah ranah yang sensitive dan sering menjadi sumber keributan pasangan suami-istri. Maka, mari memulai MKK untuk mencapai rumah tangga yang harmonis.



Ekonomi Dalam Rumah Tangga

(Okina Fitriani)


Pak Ronny menceritakan tentang perceraian di Indonesia. Ternyata sepertiga alasan perceraian itu karena alasan ekonomi. Selain itu, di negara-negara yang pendapatan perkapitanya tinggi, perceraiannya juga banyak yang tinggi. Maka, kesamaan pemahaman dan kemampuan mengelola keuangan menjadi penting.



Prinsip Manajemen Keuangan Keluarga

(Okina Fitriani)


Apa saja prinsip-prinsip dalam mengelola keuangan keluarga?

1.    Taat aturan agama.
Prinsip “taat” ini sesuai ya sama konsep Enlightening Parenting. Kita harus paham betul bagaimana sih sebetulnya dasar-dasar aturan dalam agama yang mengatur tentang pengelolaan keuangan dalam keluarga.

2.    Transparansi.
Kunci dari transparansi adalah komunikasi suami istri tentang kesepakatan dalam mengelola keuangan.

3.    Mendukung visi keluarga.
Dalam mengelola keuangan harus sesuai visi dan values keluarga. Bagaimana keluarga dalam memandang uang, dsb. Jadi, apa yang dilakukan dalam pengelolaan keuangan itu aplikasi atau penjabaran dari visi keluarga yang dipunya.

4.    Perencanaan dan Aktual
Dalam mengelola keuangan harus ada perencanaan dan proses evaluasi. Dari situ akan mudah terlihat pos-pos pengeluaran mana yang berlebihan dan ternyata bisa dihemat untuk membuat keuangan keluarga kita lebih sehat.

5.    Analisa Ekonomi.
Dalam mengelola keuangan kita juga melihat resiko keuangan yang ada. Analisa betul saat akan mengambil keputusan dalam sebuah investasi, termasuk tentang sekolah, tempat tinggal, dll.

6.    Adaptif dan antisipatif.
MKK harus bisa fleksibel. Ini juga sesuai ya dengan konsep Fleksibel dalam tindakan. Fleksibel menjadi penting, karena kondisi keuangan terkadang mengalami kenaikan dan penurunan. Kita juga harus bisa antisipasi terhadap berbagai kebutuhan di masa depan.

7.    Adil itu bukan berarti sama.
Adil itu menempatkan sesuai kebutuhan dan situasinya.



Dalil Manajemen Keuangan Keluarga


لرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ ۚ فَالصَّالِحَاتُ الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.”
(QS. An-Nisa’ : 34) 

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara ma’ruf.”
(QS. Al Baqarah: 233)

Pada prinsipnya, jika melihat ayat diatas, maka diwajibkan bagi seorang suami untuk memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya dengan cara yang ma’ruf (baik).  Sudah menjadi ijma’ ulama, suamilah yang menafkahi, tanpa dibarengi oleh istri.

Nafkah ini meliputi makan, minum, pakaian dan rumah serta semua yang dibutuhkan oleh istri dan anak-anaknya. Sehingga wajib bagi suami untuk bekerja dengan baik melalui usaha yang halal. Lalu, sang istri bertanggung jawab mengelola dan merawat apa yang didapatkan suami sebagai aset keluarga.

Nafkah juga diberikan sesuai dengan kemampuan dan keadaan suami secara materi. Allah swt tidak akan membebani seseorang melebihi kekayaan dan kemampuannya.


أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ – أَوِ اكْتَسَبْتَ – وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِى الْبَيْتِ

“Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka nasehat) selain di rumah”
(HR. Abu Daud no. 2142)

Hadist diatas menjelaskan bahwa suami memberikan makan istri dengan makanan yang dia makan. Suami juga memberikan pakaian kepada istri dengan pakaian yang dia pakai. Makna “pakaian yang sama” bukan berarti harus sama bentuknya, tapi bisa juga dimaknai dengan harga atau kualitas yang sama. Misal suami pakai kaos merk X yang satunya harganya sekian juta rupiah, maka istri juga diberikan pakaian dengan kualitas yang sama.
Ehem!
Hahahahha…

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا

“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
(QS. Al Furqan: 67)

Ayat diatas menjelaskan tentang bagaimana seharusnya dalam membelanjakan rejeki yang kita terima. Sebaiknya tidak berlebihan dan tidak juga lantas jadi kikir. Jadi, sebaiknya di tengah-tengah saja.

Kikir itu yang bagaimana?
Menurut Imam Al Ghazali, orang kikir adalah orang yang menahan diri dari apa-apa yang semestinya dia tidak  boleh menahannya, baik dalam hal hukum syari’at atau yang berkaitan dengan harga diri, hal ini tidak bisa terperinci kadarnya. Ini ada di kitab ihya’ Ulumud Din dan pernah juga saya dengar dalam kajian Gus Baha di kitab Nashoihul “Ibad.


لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.”
(QS. Ath-Thalaq : 7)

Pak Ronny menjelaskan maksud dari ayat tersebut adalah jika para suami yang diberikan keluasan rejeki, tetapi menahan memberikan nafkah terhadap keluarganya, maka itu jelas dilarang dan masuk ke definisi kikir dari Imam Al Ghazali. Jadi, kalau bisa kasih nafkah X rupiah, ya kasihlah X rupiah, jangan lantas dithan-tahan jadi hanya memberikan setengah X rupiah, misalnya.


حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَهِيَ مَسْئُولَةٌ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya, dan ia pun akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan seorang budak juga pemimpin atas atas harta tuannya dan ia juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Sungguh setiap kalain adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya."
(Hadits Al-Bukhari : 4789)

Arti kata pemimpin diatas bisa juga dimaknai dengan pengelola atau pengurus. Jadi jelas ya bahwa suami adalah pemimpin atas keluarganya dan istri adalah pemimpin atas rumah suaminya. Untuk itulah suami istri perlu saling bekerjasama. Suami mencari nafkah dan istri yang mengelola harta yang didapat suami. Kelak masing-masing dari kita akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang dipimpinnya.

Saran dari pak Ronny, jika ternyata istri belum mampu dalam mengelola harta suami, maka suami bisa mengajarkan atau memfasilitasi istri untuk belajar agar menjadi istri yang kompeten dan cukup ilmu dalam menjadi “pemimpin atas rumah suaminya”.

“Aku berkata: Wahai Rasullulloh saw, sesungguhnya sebagian dari taubatku adalah aku berkehendak melepaskan diri dari seluruh hartaku sebagai sedekah di jalan Allah dan Rasul-Nya.
Maka beliau bersabda: Simpanlah sebagian hartamu karena itu lebih baik bagimu.
Aku berkata lagi: Sesungguhnya aku menyimpan bagianku yang ada di tanah Khaibar.”
(HR. Bukhari: 2552)

Hadist diatas menjelaskan, anjuran agar kita tidak menghabiskan seluruh hartanya saat itu juga sekalipun itu untuk bersedekah. Sebaiknya punya system pengelolaan harta atau keuangan untuk disimpan demi masa depan. Hal ini juga pernah diriwayatkan saat nabi Yusuf as menyimpan hasil panen yang didapat untuk mencukupi kebutuhan 7 tahun ke depan.

“Satu dinar yang kau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang kau infakkan pada hamba sahaya, satu dinar yang kau sedekahkan kepada seorang miskin, dan satu dinar yang kau infakkan kepada keluargamu. Yang paling besar pahalanya adalah yang kau infakkan kepada keluargamu.”
(H.R. Muslim)

Nah, ternyata ada landasannya jika kita bersedekah ke keluarga itu pahalanya lebih besar daripada yang kita berikan kepada yatim, dhuafa atau fakir miskin lainnya yang bukan keluarga.
Jadi, mari suami sering-sering bersedekah untuk istri ya!
Eh istrinya juga ding. Hahahaha


Bagaimana Pendapatan Untuk Istri Yang bekerja?

Memberikan nafkah keluarga merupakan beban kewajiban syariat untuk para suami. Wanita tidak wajib untuk menanggung nafkah keluarga. Namun ada juga kondisi dimana istri ikut bekerja. Nah, bagaimana si seharusnya pengelolaan penghasilan yang diterima istri yang bekerja?

Gaji, pendapatan, atau uang milik isteri yang didapatkannya dari jalan yang diperbolehkan syariat, secara penuh menjadi hak milik isteri. Suami tidak punya hak sedikit pun dari harta tersebut. Uang atau harta isteri tidak boleh dimanfaatkan kecuali dengan keridhaan dan kerelaan sang istri. Jika sang istri ridha dan rela pendapatan atau hartanya digunakan suami, maka akan dihitung sebagai sedekah atau infaq.

Menurut Syekh al-Qaradhawi, kalaupun ada wanita yang menginfakkan hartanya untuk keluarga, hal itu hanya merupakan sikap tolong-menolong dan akhlaknya (etika) sebagai seorang istri. Jadi, bukan karena keharusan atau kewajiban yang harus ia penuhi. 


Rujukan Alokasi Pendapatan

Pak Ronny menjelaskan alokasi pembagian pendapatan dalam keluarga dengan referensi dari OJK.


Menurut pak Ronny setiap keluarga tidak harus sama seperti itu, tapi disesuaikan dengan kondisi keluarganya. Seperti dalam MKK keluarga Gunarto, untuk alokasi dana pendidikan lebih dari 10% karena salah satu putranya sedang belajar di luar negri. Lalu keluarga Gunarto juga tidak ada dana pensiun yang diterima dari kantor, maka mereka berdua harus mengelolanya sendiri, yaitu dengan mengambil pos lebih besar dari 10%. Di keluarga Gunarto juga tidak menggunakan istilah “darurat”, “masa sulit”  yang bernuansa negative, semua simpanan dan tabungan ya simply disebut “saving”.


Kondisi Keuangan Yang Sehat



Kondisi keuangan sebuah keluarga dikatakan sehat jika :

1.    Dana tunai > 4x kebutuhan bulanan.
Dana tunai yang tersimpan setidaknya 4x kebutuhan bulanan. Saran dari pak Ronny agar dana tunai yang tersimpan sebaiknya lebih dari 4x kebutuhan, karena kondisi pasar kadang naik dan turun.
Dana tunai ini untuk berjaga-jaga seandainya kehilangan penghasilan, kondisi pasar berubah, dll. Dana tunai yang penting bersifat liquid atau cepat dicairkan dan tidak harus berbentuk uang, namun bisa juga berbentuk emas. Tanah bukan termasuk dana liquid, karena untuk jual tanah butuh waktu yang cukup lama.

Dalam Islam ada contoh untuk memiliki dana simpanan yang cukup untuk hidup 1 tahun, sebagai berikut :

Dari Umar radhiyallahu anhu berkata : “Rasulullah membeli kurma dari Bani Nadhir dan menyimpan untuk keluarganya makanan itu untuk setahun."
( Hadis Sahih Bukhari No.5042).

2. Jumlah cicilan  35% penghasilan bulanan.
Jika  cicilan 20% itu ideal, 35% itu sudah maksimal. Lebih bagus lagi tidak ada cicilan, ya kaaan. Aamiin..
Cicilan ini misalnya pinjaman rumah, cicilan kendaraan, dll.

3.    Tabungan 10% penghasilan bulanan.
Tabungan ini maksudnya untuk kebutuhan-kebutuhan di masa depan. Bisa untuk dana anak sekolah, dana pensiun, dll. Kondisi yang sehat adalah jika kita bisa mengalokasikan lebih dari 10% pendapatan tiap bulan untuk ditabung. Saran dari pak Ronny, jika kita tidak punya dana pensiun yang biasanya diberikan sebagai fasilitas dari perusahaan, maka sebaiknya pos untuk tabungan ini lebih besar dari 10%.


(Okina Fitriani)


Untuk mengelola keuangan ada berbagai aplikasi atau cara yang bisa digunakan, yaitu :
1.    Bisa dengan menginstall aplikasi di ponsel atau computer.
Aplikasi ini ada banyak, jadi dibandingkan saja mana yang paling sesuai untuk kondisi keluarganya.
2.    Bisa juga menggunakan excel dan pembukuan manual.
3.    Pakai sistem amplop.
Nanti diamplop ditulis untuk apa saja uang dalam amplop itu. Kuncinya adalah disiplin. Jangan karena pakai amplop, lalu saat pos amplop yang lain sudah habis, kita ambil dari pos amplop lainnya.

Jadi, pilihlah yang paling memudahkan kita dalam mengelola keuangan keluarga.


Alokasi Pendapatan

 Keluarga Gunarto membagi  keuangan keluarga menjadi 3 pos utama :
  1. Uang Keluarga
  2. Uang pribadi istri
  3. Uang pribadi suami
Pembagian ini bisa dimasukkan dalam rekening yang berbeda atau bisa juga menggunakan sistem amplop, tergantung kondisi keluarga masing-masing. Pilihlah cara yang paling memudahkan dan nyaman digunakan sehari-hari.

1.    Uang Keluarga
Uang keluarga ini bisa bersumber dari pendapatan suami, pendapatan istri (yang secara ikhlas sebagai kontribusi kepada keluarga) dan hasil investasi keluarga (yaitu keuntungan yang sudah menjadi hak, bukan pemasukan kotor dari bisnis). Uang keluarga dibagi lagi menjadi 2 jenis :

Current
Current ini digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dalam satu bulan. Meliputi pengeluaran rutin, belanja, SPP anak, bantuan untuk orang tua (extended family), sumber uang pribadi istri dan uang pribadi suami.
Buatlah daftar kebutuhan rutin bulanan untuk menentukan jumlahnya.

Saving
Saving ini digunakan sebagai simpanan dan penggunaan konsumsi jangka panjang seperti rumah, mobil, uang masuk sekolah, dana pensiun, uang kesehatan, dll.

2.    Uang Pribadi Istri
Uang pribadi istri adalah pendapatan istri ditambah uang “gaji istri” dari suami jika mampu. Dalam pembukuan, gaji istri masuk sebagai dana current.
“Gaji istri” bisa berupa persentase atau nominal tertentu. Tentu tidak akan ada nilai yang pantas untuk menggaji istri. Tetapi ini adalah uang yang tidak perlu “ditanyakan” penggunaannya. Nilainya pun tergantung kemampuan.
Apa saja yang dicover dengan uang ini juga sangat tergantung kondisi ekonomi keluarga. Mau meng-cover uang ke salon, untuk menabung membeli branded items silahkan tergantung kesepakatan masing-masing. Jika tadi disebutkan bahwa bantuan untuk ayah ibu kandung dan mertua diambil dari UK dalam jumlah yang sudah ditentukan, maka jika ada hal-hal di luar itu boleh juga istri menambahkan bantuan dari uang ini.
Pendapatan istri juga boleh digunakan untuk mendukung uang keluarga, membeli kebutuhan jangka Panjang seperti rumah dan mobil, tergantung kerelaan istri. Keluarga Gunarto pernah mengalami 3 periode alokasi pendapatan istri yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi keluarga.


3.    Uang Pribadi Suami
Intinya sama dengan uang pribadi istri. Jika suami menyerahkan 100% pendapatannya ke uang keluarga, maka uang pribadi suami sumber dananya diambil dari Uang Keluarga yang berhak dipergunakan suami tanpa dipertanyakan. Tetapi jika suami tidak menyerahkan 100% pendapatannya ke Uang Keluarga, berarti bagian yang tidak diserahkan itu. Lagi-lagi tergantung kesepakatan. Jika sudah disetujui seperti ini sejak awal, maka tidak boleh dipermasalahkan di kemudian hari. Alangkah baiknya jika besarannya diketahui kedua belah pihak. Mau dipakai untuk apa? BEBAS tetapi tentu sesuai dengan value keluarga. Jika valuenya taat, tentu harus sesuai syariat.

Kenapa harus ada pos Uang Pribadi Suami dan Uang Pribadi Istri?

Agar keinginan kita bisa dikendalikan.
Misal nih ya suami hobi membeli jam yang harganya selangit, maka untuk memenuhi hobinya ini si suami harus “menabung” dengan Uang Pribadi Suami sampai jumlahnya mencukupi untuk memuaskan hobinya.
Sebaliknya kalau yang hobi membeli ini itu adalah istri, maka istri juga harus memenuhi hobinya dari Uang Pribadi Istri.
Untuk urusan hobi ini, maka dilarang menggunakan Uang Keluarga. Jadi, keinginan kita juga bisa di control.

  








MKK dalam keluarga pak Ronny dan mbak Oki mengalami beberapa kali perubahan. Ada naik turun dalam pendapatan juga pengeluaran. Tahun 2000 saat mbak Okina dan pak Ronny masih bekerja dan pendapatannya belum sebesar sekarang, maka pendapatan mereka berdua masuk ke Uang Keluarga. Lalu disisihkan sedikit untuk “uang pribadi suami” juga “uang pribadi istri”.

Pak Ronny dan mbak Okina juga mengalami masa dimana harus patungan untuk membeli mobil dan melunasi pinjaman tanpa bunga untuk membeli rumah dari fasilitas yang kantor berikan di tahun 2004 saat memutuskan resign.


Mengaplikasikan Manajemen Keuangan Keluarga



Dalam mengaplikasikan Manajemen Keuangan Keluarga, ada beberapa hal yang harus dicermati, yaitu :

1.    Mengikuti al-qur’an dan hadist.
Sebagai bagian dari taat, maka kita mengikuti bagaimana agama mengatur tentang pengelolaan keuangan ini.

2.    Prinsip dasar disepakati sebelum menikah dan direview secara periodic.
Jika sebelum menikah belum menyepakati MKK ini ya sekarang saja tinggal dimulai dan mereview secara periodic. Kan tidak ada kata terlambat sebelum ajal menjelang.

3.    Transparansi
Semua account bisa diakses baik oleh suami maupun istri.
Jika ingin berinvestasi maka harus disetujui dan disepakati resikonya pula secara bersama.

4.    Adaptif dan antisipatif
Kemungkinan perubahan harus didiskusikan secara terbuka dan siap dengan perubahan apa saja.
Selain berdiskusi dengan pasangan. Diskusi juga dengan anak jika terjadi sesuatu.

5.    Visi keluarga.
MKK harus sejalan dengan visi keluarga, misal dalam hal membahagiakan orang tua, bagaimana aplikasinya dari pos yang sudah kita kelola dalam keuangan keluarga.
Hati-hati juga dalam menghitung zakat. Pemilihan investasi juga yang sesuai dengan visi keluarga, misal syar’I, dll.

6.    Bantuan untuk keluarga suami dan istri tidak sama, tergantung kondisi dan kebutuhan.
Misal ternyata keluarga suami kedua orangtuanya tidak ada penghasilan, sedangkan kedua orangtua istri masih ada uang pensiun, maka boleh saja pos memberi bantuan ke keluarga suami lebih besar dari keluarga istri. Tinggal sepakati saja bersama. Kuncinya adalah komunikasi suami-istri.

7.    Wajib melakukan perencanaan dan reviewing
Perencaaan dan reviewing ini yang santai saja, misal sambil pillowtalk gitu, nggak usah yang serius-serius kek mau sidang pengadilan. Hahaha…


Mengajarkan Anak Mengelola Keuangan


Banyak pertanyaan tentang kapankah sebetulnya waktu yang tepat untuk mengajarkan pada anak tentang cara mengelola uang?

Mbak Oki menjelaskan bahwa waktu yang tepat untuk mengelola uang adalah jika anak sudah berakal, kurang lebih di usia 10 tahun.

Jangan pernah menggunakan system “menggaji” anak untuk mengerjakan tugas rumah tangga. Rumah itu milik bersama, maka membersihkan dan menjaga rumah adalah kewajiban seluruh keluarga. Kita bisa memberikan apresiasi dengan pujian efektif ala Enlightening Parenting dengan tulus ketika anak mengerjakannya. Untuk detailnya bisa dibaca di sini :

Keluarga Gunarto tidak menyarankan kesepakatan dengan reward untuk pekerjaan rumah karena hal di atas. Rewardnya ya apresiasi. Sesekali boleh saja diberikan reward seperti ibu memasak masakan spesial atau boleh memilih resto kesukaannya kalau makan di luar, sambil bilang, “makasih ya, Nak sudah jadi anggota keluraga yang konsisten.” Tapi, tidak dijadikan kesepakatan harus reward tertentu dan setiap kali diberikan. Jadi, kalau reward ini merupakan pendamping ucapan terimakasih karena telah menjadi anggota keluarga yg menjalankan values. Rayakan bersama.

Mengajarkan anak mengelola uang, maka sangat berkaitan dengan family values. Keluarga perlu punya definisi yang sama tentang uang, tentang merawat milik bersama, tentang ibadah, tentang menumbuhkan rasa cinta pada kitabullah. Sungguh mengerikan jika segala sesuatu bahkan ibadahpun dikaitkan dengan uang. Uang jadi raja.

Alangkah nikmatnya ketika kita berkumpul di dapur yang satu masak, yang satu cuci piring, yang satu buang sampah sambil tertawa. Menghidupkan rasa syukur bahwa Tuhan beri kita kesempatan hidup bersama, punya rumah yang perlu dirawat, punya kitab suci yang bisa jadi rujukan masalah , punya kesempatan hidup. Bergantian azan di rumah lalu berjamaah dan ditutup dengan berpelukan .  Live our life.

“Nak, ini uang buat ditabung ya.”
“Nak ini uang untuk sedekah.”
Lho ini mengajarkan anak hidup hemat dan ikhlas bersedekah atau sekedar mengajarkan anak menuruti perintah?
Padahal itu uang siapa? Uang anak atau uang orang tua?
Yang nabung siapa yang sedekah siapa?
Bukankah itu berarti anak menabung uang orang tuanya dan sedekah dari yang bukan miliknya?
Lalu dimana letak penghematannya?
Darimana muncul rasa ikhlasnya?



Mbak Okina menjelaskan bahwa ada beberapa tahap untuk mengajarkan anak mengelola keuangan :

1.    Mengajarkan anak perbedaan keinginan dan kebutuhan.
Jika ingin mengajarkan anak tentang kesederhanaan, ajarkan bukan tentang nominal uang, tetapi bagaimana membedakan kebutuhan dan keinginan. Belajar hidup sederhana artinya anak tahu apa yang dibutuhkan bukan sekedar diinginkan, kriterianya apa, dibeli atau dibuat sendiri, jika perlu membeli sesuaikan antara kriteria dan harga.

2.    Ajarkan ke anak bahwa jajan bukan kegiatan harian.
Di keluarga Gunarto, uang yang dibawakan anak ke sekolah hanya uang makan siang dan uang sarapan, tidak ada uang untuk jajan. Jika ingin jajan, hanya pada kondisi tertentu, misal nonton bioskop. Jangan biasakan anak setiap hari ke warung untuk membeli jajan ini itu.

3.    Jika sudah berakal ± usia 10 tahun:
-Mulai ajarkan membuat anggaran kebutuhan, bisa harian  atau mingguan.
-Membuat laporan penggunaan untuk membangun sikap jujur dan amanah.
-Evaluasi :
Jika ternyata anak melakukan kesalahan dalam anggaran yang dibuat, maka lakukan evaluasi dan perbaikan. Tidak perlu dimarah-marahi.
Jika ternyata ada sisa anggaran bisa karena anak berhemat atau karena lain hal, maka sisa itu hadiahkan sebagai hak. Uang ini bisa digunakan anak sebagai sumber tabungan pribadi dan sedekah pribadinya.

4.    Jika anak mendapat hadiah (uang lebaran, dll), maka itu menajdi jadi hak pribadi anak.
Ajarkan ke anak cara mengelolanya. Berapa yang dibelanjakan, berapa yang ditabung dan kembali ke poin satu tentang keinginan dan kebutuhan.

5.    Anak umur 12-13 tahun mulai ajarkan earn a living.
Misal dengan jualan pisang goreng ke tetangga, mencuci mobil tetangga, dll.


"Dalam hal Mengelola Keuangan Keluarga kadang kita lalai, mengapa?
Karena menganggap itu uang milik kitaCoba jika kita menjadi bendahara organisasi atau finance dept kantor?
Kita akan sangat berhati-hati karena takut diaudit. Dikiranya kalau harta amanah Tuhan yang dititipkan ke kita tidak diaudit?
Padahal Allah swt itu yang Maha Menghitung.
Kira-kira auditnya akan lebih teliti tidak ya dari auditor dunia?"
-Okina Fitriani- 


Sesi Tanya-Jawab

1.    Apakah pengeluaran dari pagi sampai tidur harus ditulis semua?
Jawab :
Yang harus itu sholat! Hihihi…
Ditulis atau tidak itu tergantung kondisi keuangan masing-masing keluarga. Jika ingin disiplin ya ditulis.
Dengan ditulis akan terlihat detail pengeluaran kita, jadi jika ingin berhemat, maka kita mudah melakukan evaluasi, pos mana yang seharusnya dikurangi pengeluarannya.

2.    Apakah harus di buat detail pengeluaran dan pemasukan dan bagaimana agar disiplin membuat detail pengeluaran dan pemasukan?
Jawab :
Ya.
Tipsnya agar disiplin ya disiplin itu sendiri. Buat anchor semangat. Taroh “strong why” kenapa kita harus melakukan ini.

3.    Penghasilan suami tidak tetap, terkadang dapat uang 2 atau 3 bulan sekali dan saat dapat uang ternyata masih tidak mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga. Bagaimana mengatur keuangan saat kondisinya demikian?
Jawab :
Untuk kondisi keuangan yang tidak tetap, maka jumlahkan pendapatan dalam satu tahun, lalu bagi 12 bulan. Setelah itu mulai buat “pie” pembagian pos seperti contoh dari OJK.
Cek bersama pasangan tentang kondisi keuangan keluarga. Jangan-jangan kondisi keuangannya tidak sehat. Cek apakah ada cicilan pinjaman yang terlalu besar dan pos-pos belanja yang melebihi kebutuhan?
Kalau ternyata kondisi keuangan memang betul-betul dalam kondisi “tight”, maka mari pasangan suami istri saling support bersama. Apa yang bisa dikurangi dari pengeluaran sekarangi? Misal dengan berhemat tidak membeli kebutuhan selain kebutuhan pokok keluarga atau bisa juga istri membantu untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Bersinergi bersama.

4.    Adakah formulasi yang tepat untuk “uang pribadi istri” dan “uang pribadi suami”?
Jawab:
Tidak ada formulasi yang tepat. Uang pribadi baik istri maupun suami tergantung pada kesepakatan bersama saja berdasarkan pie chart keuangan keluarga. Nominalnya tidak perlu terlalu besar.
Untuk keluarga Gunarto besaran uang pribadi baik istri maupun suami kurang lebih 5%.

Misal ternyata suami kerja kantoran dan tiap hari harus makan siang di kantor. Maka uang makan siang suami ini masuk ke pos current, lalu ditambahkan dengan uang pribadi suami. Namun, kalau untuk urusan hobi atau foya-foya tadi ya tidak usah terlalu besar, termasuk untuk istri apalagi jika ternyata istri punya pendapatan sendiri.

5.    Masuk kemanakah bantuan sedekah?
Jawab :
Dana sedekah masuk ke current. Sepakati besarannya bersama pasangan. Dana sedekah ini terpisah dengan dana untuk orangtua. Jika ternyata orangtua meminta bantuan yang nominalnya besar dan ternyata tidak mencukupi dari dana orangtua, maka bisa mengambil dari pos “uang pribadi istri” atau “uang pribadi suami”.

6.    Selama ini suami memberikan uang belanja tetap tiap bulan, namun suami tidak pernah memberi tahu berapa besaran pendapatan yang dia terima tiap bulan. Bagaimana menyikapi ini?
Jawab :
Jika ternyata dengan mengetahui berapa besaran pendapatan suami tiap bulan ternyata lebih menenangkan kita, ya mbok tinggal bilang aja, tanyakan. Tapi, secara aturan agama memang suami tidak wajib memberi tau istri.
Namun, kita juga harus cek ke diri sendiri, terkadang suami nggak mau kasih tau berapa besaran pendapatannya karena istri suka rungsing panik sendiri. Maka, sebaiknya kita sebagai istri ya harus jadi istri yang tenang dan bijak.

7.    Kalau ternyata pedapatan tiba-tiba menurun bagaimana menyikapinya?
Jawab :
Kalau pendapatan kita menurun drastic, ya pengeluaran kita juga diturunkan drastis.
Cek pos-pos pengeluaran, bagian mana saja yang harus dihemat. Untuk yang sifatnya bukan kebutuhan dasar, maka perlu dipangkas.
Misal ternyata karena kondisi keuangan yang menurun maka harus pindah sekolah ke sekolah yang biasa ya ayok dilakukan. Jangan dijadikan masalah. Jangan sampai karena kita gengsi, takut omongan orang, justru membuat kita jadi susah sendiri. Diskusikan dengan anak. Inilah kenapa kita harus punya value yang kuat. Tidak menyangkutkan identitas diri dengan hal-hal seperti gengsi dan nyinyiran orang.

8.    Bagaimana menyiapkan dana pensiun?
Jawab :
Pakai saving tadi. Oleh karena itu saving sebaiknya lebih dari 10% jika tidak punya dana pension dari perusahaan.

9.    Ada kerabat dekat yang orangtuanya terlalu boros dalam mengelola uang, bahkan sampai rumah terjual dan ada tagihan kartu kredit. Bagaimana saya menyikapi kondisi demikian sebagai kerabatnya?
Jawab:
Ajari kerabat kita itu menjadi asertif. Kalau pembayaran kartu kredit itu dari hasil pendapatan orangtua beliau sendiri ya nggak masalah. Namun, jika ternyata beliau sendiri nggak mampu membayarnya, ya itu jadi masalah. Kecuali sudah dementia.
Maka, ya kerabat tersebut harus bisa tegas. Potong kartu kreditnya atau ya jangan dibayar tagihannya. Kalau ternyata orangtuanya harus dikejar debt collector karena tunggakan kartu kredit ya itu adalah bagian dari pembelajaran. Kita juga perlu membuat seseorang menanggung hasil dari perbuatannya sendiri.

Namun, jika kita bisa membangun kedekatan, maka sebetulnya akan mudah saja meminta oranglain mengikuti saran kita. Kegagalan biasanya hanya karena kedekatan belum terbangun dengan baik.

10.  Bagaimana untuk asuransi jiwa?
Jawab :
Keluarga Gunarto tidak punya suransi jiwa kecuali yang diberikan oleh kantor sebagai fasilitas. Pak Ronny dan mbak Oki sudah menghitung besaran biaya sampai anak selesai sekolah dan insyaalloh itu cukup di pos “saving”.
Jika kita mati, maka rejeki kita yang habis. Yang masih hidup masih dijamin rejeki olehNya. Selebihnya Lillahita’ala. La tahzan, tidak perlu bersedih, sesungguhnya Alloh swt bersama kita.

11.  Perlukah suami menginformasikan pendapatannya kepada istri?
Jawab :
Tergantung kesepakatan. Menginformasikan ini untuk keluarga Gunarto juga sebagai “penjagaan”. Misalnya mbak Okina, karena beliau ingin memastikan pendapatan suaminya halal, maka transparansi menjadi penting. Jika tiba-tiba beliau melihat ada uang masuk dalam jumlah besar yang tidak wajar, maka beliau akan segera mempertanyakannya. Namun, Alhamdulillah sampai saat ini kondisi tersebut tidak dialami.

12. Bagaimana cara bijak saat ada diskon besar-besaran padahal uang bulan itu belum mencukupi untuk membelinya, namun jika menunggu bulan depan, maka barang tersebut sudah tidak diskon lagi?
Jawab :
Kita pakai prediksi. Ada yang namanya kebutuhan bulanan, namun ada juga yang sifatnya tahunan. Pos keuangan untuk hal-hal tertentu bisa bersifat fleksibel.
Misal akan beli kompor yang sifatnya adalah kebutuhan tahunan dan kebetulan bulan ini diskon, namun uang untuk membelinya baru mencukupi di bulan depan. Maka, kita bisa menggunakan uang saving untuk keperluan ini, dengan catatan pos untuk bulan depan kembali dimasukkan ke saving. Makanya pencatatan itu sangat penting.
Itulah kenapa kita harus punya daftar pengeluaran bulanan dan tahunan.

13. Untuk belanja, bagaimana pencatatan dalam keluarga Gunarto, apakah dicatat dengan detail atau tidak? Misal beli beras berapa, minyak berapa, dll?
Jawab :
Untuk kebutuhan belanja, mbak Okina menulis secara global. Misal groceries minggu ke 1 berapa yang sudah termasuk didalamnya biaya makan seluruh keluarga seminggu termasuk asisten dll.

14.  Sebaiknya dana investasi diambil dari pos mana?
Jawab :
Dari pos saving.

15. Boleh sharing contoh investasi dalam kelaurga Gunarto berupa apa saja dan jenis investasinya apa?
Jawab :
Sempat membuat klinik kesehatan bersama teman dan hasilnya dibagi dua.
Lalu ada juga investasi properti. Ada lahan dibangun, lalu dijual, dan hasilnya dibagi bersama. Investasi property ini juga ada yang untung besar, namun ada juga yang hancur lebur, maka penting untuk mengecek keamanahan dari rekan kerja kita.
Ada juga sukuk.

16. Kapan orang tua bisa memberikan uang extra ke anak diluar uang anggaran yang sudah disepakati?
Jawab :
Kalau anak sudah bisa budgeting dan harus ada akadnya. Ini uang apa, digunakan untuk apa, budgetingnya nanti bagaimana.
Walaupun rejeki keluarga adalah rejeki anak juga, tapi anak harus tau bagaimana mendapatkannya dan bagaimana mengeluarkannya.
Yang utama adalah berikan pemahaman ke anak bahwa rejeki itu luas, namun yang terpenting mendapatkannya harus dengan halal.

17. Kalau biaya untuk liburan dan biaya untuk kondisi darurat, misal orang tua dirawat di RS masuk ke pos yg mana?
Jawab :
Liburan masuk current.
Orangtua masuk rumah sakit itu masuk ke saving. Namun, sebaiknya kita dan orangtua ada asuransi kesehatan yang melindungi, apalagi di banyak negara ini sudah wajib. Jika ternyata nanti ada yang tidak terbayarkan oleh asuransi kesehatan, baru diambil dari saving tadi.

18. Untuk anak usia dibawah 7 tahun jika dapat uang dari neneknya itu bagaimana status kepemilikan uangnya dan cara menjelaskan ke anak tentang status uang tersebut?
Jawab :
Berikan pemahaman ke anak uang dengan jumlah nominal yang diberikan nenek ini bisa untuk apa saja.
Kalau mbak Okina, karena eyang-eyangnya jika memberikan cucunya dalam nominal yang besar, maka tidak semua diberikan ke anak. Namun, tetap memberi tahu anak bahwa uang ini selebihnya disimpan dalam bentuk tabungan anak yang nanti jika selesai SMA akan diberikan ke dia sebagai hak dengan akad.

19. Untuk biaya kelahiran anak itu masuk kemana dan bagaimana tipsnya?
Jawab :
Untuk kebutuhan kesehatan masuk ke saving. Namun, hamil itu kan 9 bulan, nggak langsung melahirkan kan, maka yuk dari sejak kita tahu kalau hami, mulai dibuat perencanaan biaya kelahiran. Ada juga asuransi kesehatan yang melindungi biaya persalinan asal sesuai ketentuan.

20. Untuk membelikan mainan atau kebutuhan anak menggunakan dana apa ya?
Jawab :
Pakai dana current. Sudah di persiapkan dan ada budgetnya. Namun, maianan itu kan ya nggak harus tiap bulan. Penelitiannya mainan maksimal 4 saja jumlahnya.
Kalau kita mau kasih sebagai “gift” ke anak, ya pakai uang pribadi istri atau uang pribadi suami. Contoh makan es krim berdua sama mama, ya pakai uang pribadi istri.

21. Jika ada penghasilan rutin dan penghasilan dari usaha bagaimana pengaturannya agar lebih optimal?
Jawab :
Harus dipisahkan rekeningnya antara uang keluarga dengan uang usaha. Jangan dijadikan satu. Misal dari usaha kita dapat pembagian keuntungan, nah pembagian keuntungan itu sebagai pemasukan uang keluarga masuk ke rekening keluarga.

22. Hobi mengoleksi barang antik apakah termasuk dalam kategori investasi?
Jawab :
Kalau beli barang antic kita harus tau kapan akan djual, untungnya berapa. Dibedakan investasi pribadi atau investasi keluarga.Atau jadikan uang hobi salah satu pihak yang menyukainya.

23. Untuk item-item yang termasuk saving apakah dipisah accountnya? Misal dana anak sekolah, dana pensiun, dll?
Jawab :
Untuk keluarga Gunarto, accountnya jadi satu, hanya pembukuannya saja yang dipisah. Zakat maal dari saving, karena haulnya tahunan, tiap tahun dihitung lalu diambil dari saving.

24. Saya masih pake sistem amplop, tapi sering mengambil uang yg sudah diamplop untuk keinginan dadakan. Apalagi kalau ada barang diskon yang diinginkan. Bagaimana mengendalikan keinginan itu?
Jawab :
Tidak ada tips untuk disiplin kecuali disiplin!
Pakai strong why dengan Teknik NLL


25. Bagaimana pengelolaan uang saku anak, karena dari sekolah sebetulnya sudah dapat makan siang dan kalau pagi wajib sarapan (kalau tidak sarapan tidak dapat uang saku) ?
Jawab :
Di keluarga Gunarto, anak SD tidak dapat uang saku, karena di sekolahnya juga tidak ada yang namanya “jajan”.

Tapi kalau sekolah anak kita ternyata ada ada tempat jajan, ya bolehlah dikasih uang saku. Namun harus pakai budgeting dulu. Tanyakan ke anak dia sukanya jajan apa saja kalau di sekolah. Cek harganya. Sesuaikan.
Atau bisa juga sesekali bawakan bekal, jadi sehari uang saku, hari berikutnya bekal.
Jajan itu sumber dari keborosan.

26. Untuk yang belum berkeluarga, namun gajinya sama sekali tidak bisa ditabung karena ada banya tanggungan untuk kebutuhan orang tua dan adik-adik, bagaimana mengelolanya?
Jawab :
Kalau memang betul-betul kebutuhan orangtua dan adik adalah kebutuhan mendasar yang harus dicukupi dan hanya kita yang bisa mencukupi, ya bismillah diniatkan sedekah. Insyaalloh dapat ganti Alloh swt.

27. Ketika keluarga tidak punya cicilan/pinjaman yang idealnya 20% sesuai OJK, sebaiknya 20% anggaran tersebut di alokasikan kemana ya? Dan bagaimana maksudnya saat mengajak anak mengelola keuangan saat salah kok jangan sia-sia itu contohnya seperti  apa?
Jawab :
Kalau tidak ada pinjaman maka masukkan ke saving.
“Salah jangan sia-sia” maksudnya saat anak berbuat salah dalam pengelolaan anggaran ya terima saja, namun ajarkan anak untuk tau dimana letak kesalahannya lalu improvement dengan memperbaikinya.

28. Jika orangtua istri meminta biaya hidup yang jumlahnya lebih besar daripada mertua, maka ini masuk ke current atau pakai uang pribadi?
Jawab : Disepakati saja mana yang masuk ke current mana yang dari uang pribadi.

29 Bagaimana kalau suami suka meminjamkan uang ke teman dan dana tersebut suami minta dari saving, padahal kadang pinjaman itu tidak kembali dan suami tipe orang yang tidak bisa menolak jika ada yang ingin pinjam uang?
Jawab :
Ajarkan suami untuk asertif. Jika meminjamkan uang termasuk “hobi” suami, ya ambil dari uang pribadi suami. (hihihi…)

30. Untuk dana ikut kegiatan ilmiah tahunan apakah masuk ke dana pribadi?
Jawab :
Di keluarga Gunarto, jika itu uang sekolah, maka dibayarkan dengan uang keluarga. Namun, untuk seminar, kursus itu pakai uang pribadi. Jika tidak mencukupi, maka sampaikan ke suami apakah diijinkan pakai uang keluarga atau tidak, jika tidak ya jangan ikut.

31. Tadinya suami punya penghasilan tetap, lalu beberapa bulan lalu memutuskan berwiraswasta dan sekarang terkena dampak covid19 yang membuat pendapatan menjadi jadi turun drastis dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup dasar rumah tangga. Bagaimana menyingkapi ini?
Jawab :
Tadi didalam dana saving, minimal ada dana hidup untuk 4 bulan. Keluarkan dana itu. Nah dalam 4 bulan ini saatnya suami untuk mencari penghasilan dengan berbagai jalan asal halal. Suami-istri saling bekerjasama menghadapi bersama.

32. Bagaimana mempersiapkan anak dalam hal pengelolaan keuangan ke depannya, jika ada kejadian luar biasa seperti Covid-19 ini, agar anak nanti siap menghadapinya?
Jawab :
Diskusi keluarga. Namanya manajemen resiko.
Beri penjelasan ke anak, misal sekolahnya harus pindah, tempat tinggal berubah, dll. Saat diskusi, beri penjelasan dengan wajah yang tenang dan ceria, jangan sedih nelongso merana. Nanti justru anak ketularan emosi orangtuanya.
Yuk bergembiralah dalam menghadapi perubahan. Karena perubahan itu fitrah.
Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri.
Sabar itu bukan diam. Karena sabar itu usaha terus menerus.
Usaha bagian dari sebuah kesabaran.
Anak itu main di empang sama main ke jepang itu sama aja, karena anak-anak adalah makhluk yang sangat adaptif.

33. Kalau suami hutang ke dana saving itu hitungannya dia berhutang yang harus dilunasi atau dia menggunakan uangnya dia sendiri?
Jawab :
Hutangnya untuk apa? Kalau untuk hobi ya nggak boleh. Kalau buat investasi ya jadikan investasi keluarga.