SOCIAL MEDIA

Wednesday, January 27, 2021

Konflik Dengan Mertua - Orangtua? Pelajari Geriatri dan Gerontologi. Apa itu?


Apa gerontologi?

Gerontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: geros yang berarti lanjut usia dan logos yang berarti ilmu.


Maka secara etimologis gerontologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang orang lanjut usia (lansia). 

Para ahli Gerontologi menerapkan ilmu dan segenap pengetahuan yang mereka miliki untuk membantu para lansia menjalani kehidupan yang baik, sejahtera dan bahagia. 
(wikipedia.com)


Apa itu geriatri?

Geriatri berasal dari bahasa Yunani, geron yang berarti orang tua, dan teria yang artinya penanganan terhadap penyakit. Seperti yang diketahui bersama, saat seseorang memasuki usia senja, maka ia mengalami banyak masalah kesehatan.
(halodoc.com)


Kenapa sih kok papaku sekarang nggak logis banget kalau kasih pendapat?
Kenapa sih mamaku kalau malam suka ngeluh nggak bisa tidur padahal seharian nggak tidur?
Kenapa sih papaku sebelum pensiun sehat-sehat aja, kok sekarang malah sakit-sakitan?
Kenapa sih papa-mama kalau diajakin liburan bukannya seneng malah ngeluh melulu?

Ternyata salah dua jawabannya ada di ilmu ini.
So, please daripada “kenapa sih-kenapa sih” mending pelajari betul tentang geriatri & gerontologi.

Alhamdulillah banget saya disodorin “ramuan” ilmu ini dari dokter kesayangan dr.ferlianisamaharani yang datang jauh-jauh dari Jakarta di kelas #enlighteningparenting sharing special Merajut Cinta Orangtua & Mertua (MOM) di Jogja.

Ini ilmu wajib banget dipelajari yang statusnya anak, baik anak kandung maupun anak mantu ๐Ÿ˜
Kenapa?
Saya jadi banyak ngeh-nya tentang mama-papa juga mertua.

dr. Ferlianisa atau yang akrab dipanggil dr.Rani menjelaskan bahwa sindroma geriatri itu bisa aja muncul di usia-usia sebelum 60 tahun, dimana ada penurunan fungsi dalam system tubuh.


APA SAJA SINDROMA GERIATRI?
๐Ÿ”ด  Yang dulunya ortunya sangat logis, cekatan, nyambung kalau diajak diskusi lalu seiring bertambahnya umur jadi nggak selogis dan senyambung dulu.
Ternyata karena adanya penurunan fungsi otak.

๐Ÿ”ด  Yang dulunya ortunya bisa denger dengan nada biasa, eh sekarang harus teriak-teriak agar mereka dengar.
Ternyata ada penurunan fungsi pendengaran.
Dan rasanya ya melelahkan harus bicara berulang-ulang dengan nada keras.
Udah gitu kadang masih ada beda pemahaman. Jangan terus kzl ya gaes.

๐Ÿ”ด  Yang dulunya ortunya jarang sakit, eh sekarang kalau cucunya batuk jadi mudah ketularan.
Ternyata ada penurunan sistem imun, jantung dan paru-paru.
Lalu saya keinget mama mertua yang sering batuk dan sembuhnya lama๐Ÿ’”

๐Ÿ”ด  Kalau diajakin liburan, bukannya seneng malah ngeluh manyun mencucu.
Ya ternyata memang kondisi fisiknya sudah menurun, jadi mudah capek.
Nggak kaya kita yang kuat keliling mall seharian (kita? Aku aja kali ya ๐Ÿคช๐Ÿ”ช)

๐Ÿ”ด. Soal makan nih. Dulu doyan A sekarang nggak doyan. Kita nganggepnya beliau pilah-pilih makanan.
Ternyata karena asam lambung mereka mudah naik efek pengosongan lambungnya lama. Jadinya lidahnya pait. So, bukan karena pilih-pilih makanan ya.

๐Ÿ”ด. Males makan.
Makan dikit, ngeluh kenyang.
 Ternyata karena asam lambung yang mudah naik, bikin gampang mual/perut begah.
Jangan dipaksa makan 3Xsehari ya, tapi 4-5x dengan porsi yang lebih sedikit.
Karena semakin nggak makan, justru asam lambung semakin naik.
Untuk menghindari malnutrisi, kita harus kreatif sediain camilan.

Jaadiii, kalau habis masakin makanan kesukaan mertua terus responnya, “kok masakanmu nggak enak ya? Kurang asin.”
Nggak usah nangis seharian, bahkan sakit hati tujuh turunan.
Itu karena fungsi indra pengecapannya berkurang aja sis. *puk puk ๐Ÿ˜

๐Ÿ”ด. Ada yang semakin tua semakin berkurang indra penciumannya dan ada juga yang sebaliknya, justru semakin sensitif sama bau-bauan.
“Kamu masak apa sih? Kok mama mual ya nyium baunya.”
Yang ngomong mama mertua sambil mukanya datar, matanya mlerok. Ziiing….๐Ÿ‘ป
Terus kita baper nangis dipojokan. *saya banget dulu๐Ÿคช

๐Ÿ”ด. Mudah merasa dingin.
Saya jadi ngeh kenapa mama mertua itu seneng banget pakai baju dobel sweater gitu dirumah.
Ngeh juga kenapa kok mama-papa kalau pakai ac itu suhunya di 27 derajat๐Ÿคฃ

๐Ÿ”ด. Bolak-balik ke kamar mandi.
Ngompol.
BAB/pup sembarangan.
Kadang ni karena mereka males bolak-balik ke kamar mandi, jadinya mereka ngurangin minum ditambah saat BAK membersihkannya nggak maksimal, akhirnya kena infeksi.
Padahal ISK lansia ini menurut dok Rani sangat bahaya, beda efeknya sama ISK di usia kita-kita
(kita? ๐Ÿคฃ).
So, kalau liat ortu/mertua pipis/pup tiba-tiba, jangan refleks ngebentak ya.
Karena lansia ini mudah merasa depresi, tersinggung, lalu jadi menyalahkan dirinya sendiri.
Salah satu solusinya, bisa dengan pakai popok dewasa.

๐Ÿ”ด. Ngira barangnya diambil anaknya, padahal beliau lupa sendiri.
Bolak-balik melakukan kegiatan yang sama, misal mandi 10x sehari.
Padahal tadinya mereka adalah para pejabat, pekerja keras, logis dalam berpikir, rajin baca Al-Qur’an juga buku.
Ternyata karena gangguan neurokognitif yang menyebabkan penurunan fungsi otak. Bisa jadi akibat pensiun atau kehilangan jabatan.
Paling sering terjadi pada orang yang punya sakit gula, ginjal, darah tinggi, karena obat yang mereka konsumsi.

๐Ÿ”ด  Pakai baju tidur buat kondangan.
Kalau bicara bahasanya jadi kasar.
Bingung ngitung uangnya. Efeknya jadi mudah kena tipu.
Ternyata karena gangguan neurokognitif tadi juga mempengaruhi fungsi pengambilan keputusan.
Kata sis Rani biar kita tuanya nggak ngalamin gangguan neurokognitif, bisa dimulai dengan pilah-pilih apa yang didengar dan dibaca sejak sekarang.

๐Ÿ”ด  Insomnia.
Ini saya jadi inget mama yang bilang susah tidur, padahal beliau bangun jam 03.00, eh malemnya masih susah tidur.
Efeknya beliau mudah emosi karena lelah pengen istirahat tapi nggak  bisa tidur tadi.
Kadang beliau minum obat yang ada efek ngantuknya. Padahal kalau keseringan juga nggak baik.
Kata sis rani, kita bisa kasih saran agar beliau nggak beraktifitas berat 3 jam sebelum tidur.
Jangan minum kopi.
Jangan makan banyak sebelum tidur.
Jangan main hp sebelum tidur.
Banyakin aktifitas yang bikin relax.

๐Ÿ”ด  Parkinson.
Ini dialami papa di bagian tangan dan mulai menjalar ke kaki beliau.
Sebelum pensiun beliau jarang sakit dan nggak pernah ngeluh.
Eh setelah pensiun beliau jadi sakit-sakitan, bahkan nangis karena sakit lututnya.

๐Ÿ”ด  Impotensi.
Ternyata impotensi ini berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis lansia.


Jadi APA YANG BISA KITA LAKUKAN?
๐Ÿ’š  Pacing dulu baru leading.
Pahami, jangan nyinyir, apalagi ngeluh di depan mereka.
Mereka mudah depresi melihat dan mendengar bahwa apa yang dialaminya ternyata menyusahkan kita.
Orangtua/mertua juga sebetulnya berusaha beradaptasi dengan berbagai perubahan fungsi tubuhnya.

Ikutin dulu deh apa maunya mereka agar terbangun kepercayaan.
Nanti kalau mereka udah percaya sama kita, maka akan mudah kita arahkan.

๐Ÿ’š  Pastikan mereka jadi orangtua/mertua yang bahagia dan berguna.

Perasaan jadi orang yang berguna ini penting banget karena akan meningkatkan system imun dan daya juang hidup mereka.
Tapi bukan berguna buat dititipin cucu yaa. Lupikir๐Ÿคช๐Ÿ”ช

Kata dr.Rani, buat membersamai orangtua-mertua itu salah satunya membuat mereka BAHAGIA. Bahagianya bukan yang jalan-jalan keliling dunia ya gaes. Bukan! Membuat mereka nggak merasa terisolir aja udah lebih dari cukup.

Maksudnya, anak-anaknya yang sudah berkeluarga kan sibuk sendiri-sendiri ya. Ada yang sibuk kerja, sibuk ngurus anak, ada pula yang sibuk arisan. *eh
Padahal orangtua/mertua itu semakin sendirian alias terisolir tadi, maka semakin pikirannya kemana-mana.

Jadi, saran dr.Rani, daripada semua anaknya dateng bersamaan di satu waktu, mending giliran, dibuat jadwal. Kalau jauh bisa pakai telepon. Jadi orangtua-mertua nggak merasa kesepian.

Disini saya mak tratap. Rumah saya itu “5 langkah” dari rumah mertua. Tinggal ngesot sampai. Dulu saya merasa kondisi ini tak adil adanya. Alhamdulillah sekarang di titik bersyukur punya rumah “5 langkah” dari mertua. Mertua bisa tiap hari main sama Andin. Mereka jadi nggak kesepian, karena Andin bikin hidup lebih hidup. *iklan banget sih ๐Ÿคช


Jadi yuk mulai pejamkan mata, membayangkan kelak kitapun menua.
Iyakah perlakuan seperti yang sekarang kita lakukan ke orangtua/mertua yang kelak kita harapkan dari anak/menantu kita?

No comments :

Post a Comment