Tulisan ini adalah sedikit dari sekian banyak insight kelas Enlightening Parenting Sharing Special "Merajut Cinta Orangtua & Mertua" yang dilaksanakan Kamis, 30 Mei 2019 di Lafayette Boutique Hotel Yogyakarta. Kelas kedua yang saya ikuti dengan tema yang sama. Pertama kali mengikuti itu saat bulan Ramadhan tahun lalu dan baru Ramadhan tahun ini terlaksana lagi.
Alhamdulillah. Saya bersyukur luar biasa kemarin bisa ada di dalam ruangan mengikuti Enlightening Parenting Sharing Kelas Spesial Merajut Cinta Orangtua & Mertua (MOM) bersama mbak Dini Swastiana, mbak Novi Herdalena, juga teman-teman team Enlightening Parenting sharing Jogja.
Kelas MOM kali ini betul-betul luar biasa.
Materinya runtut, slide juga videonya masyaalloh bagus betul. Penyampaian alurnya ngena dan sangat santun, plus ditambah kelas ini ngajarin tekhnik. Memang yang dibuat dan diniatkan sepenuh hati pasti akan terasa “beda”. Barokallah tim MOM EP.
Saya ini ibu yang baru memiliki satu anak.
Siapa sini yang mau ngebantah kasih sayang saya yang tiada tara sama Andin? ๐คจ
Minum susu dipipetin sampai 100x pipet 1ml-an, asal perut Andin terisi aja saya jabanin.
Deeeemiii…Deeeemiii…
Dan kelas ini mengingatkan saya, bahwa mertua itu juga orangtua. Mama Papa saya, juga Mama Papa suami adalah orangtua. Rasa sayang mereka saat mengandung, merawat, membesarkan, memberikan yang terbaik, bahkan mendoakan pagi-siang-malam, juga melakukan apapun untuk kami, anak-anaknya, tiada terbantah. Bahkan hingga saya dan suami tak lagi jadi kewajiban mereka.
Rasa sayang saya ke orangtua jangan ditanya, apalagi Mama. Sekalipun dulu saya ada konflik dengan Papa, tapi kalau ditanya siapa lelaki paling baik dalam hidup saya? ya Papa. Orang yang selalu tergopoh-gopoh terbangun tengah malam, lari-lari membawa air putih untuk saya kecil yang pura-pura mimpi buruk, padahal sebetulnya cuma susah tidur.
Mereka mengalahkan banyak kepentingan mereka untuk saya kecil. Masyaalloh Pa, semoga kami jadi orangtua dimampukan sesabar Papa. Dan pikiran ini baru terbuka ya saat MOM pertama, tahun lalu.
Lalu hubungan saya sama MERTUA gimana?
Kemarin di kelas saya ceritakan apa sebab dulu saya begitu sakit hati dengan mertua. Semoga setiap menceritakannya dan perubahan yang saya rasakan menjadi kebaikan, kelapangan dan keberkahan yang mengalir pada kedua mertua saya. Di dalam kelas MOM, rasa di dada itu penuh, pengen peruk terus cium-cium mertua. Kelas ini membuat cinta saya bertambah beribu-ribu kali lipat.
Subhanalloh kalau ingat dulu itu, betapa teganya ya saya. Sesepuh itu masih merasakan sakit hati bahkan mungkin menangis karena tingkah lalu dan tutur kata saya, menantunya yang baru satu-satunya. Padahal begitu banyak kebaikan yang beliau lakukan untuk anaknya, yang sekarang jadi suami saya dan saya yang menikmati hasil jerih payahnya. Astaghfirulloh. Semoga Alloh swt berkenan mengampuni saya ini.
Pulang kelas itu saya senyum bahagia melihat mertua ngekek-ngekek main sama Andin. Cerita ke saya soal tingkah laku Andin selama saya ikut MOM. Dan sebelum berangkat MOM, saya minta doa restu juga dicium ubun-ubunnya oleh mereka sambil sungkem cium tangan. Alhamdulillah mereka masih lengkap dan Alhamdulillah jarak rumah kami dekat. Padahal dulu jarak rumah ini jadi siksaan karena konflik tiada terselesaikan, akhirnya sekarang jadi menyenangkan, karena dimampukanNya.
Nggak ada orang yang imun dengan kebaikan.
Jadi, percayalah saat mau persuasi ke mertua atau orangtua, tapi kok hati masih ngganjel, ya yang ada mangkel. Narik senyum, tapi ketok le manyun.Persuasi itu nggak boleh ngapusi.
“Aku nggak mau mbak jadi ibu yang kaya ibuku. Ibuku itu blablabla…”
Eh lah jebul saat jadi ibu justru ngelakuin yang dilakuin ibunya dulu. Ternyata, jadi potensi mengulang rantai kesalahan yang sama.
“Aku anyel mbak sama mertua. Mertua itu blablabla…”
Lalu posting meme atau caption yang mencurahkan isi hati di sosmed, nyinyir sana-sini, cari pembenaran. Ndilalah lingkungannya mendukung. Badalah. Nggak selesai masalah, yang ada kepikiran terus, gregetan, lalu edan sendiri.
MAU SAMPAI KAPAN?
Siapa pemilik umur?
Siapa penggenggam hati?
Siapa pemilik jiwa?
Tentramkah memelihara rasa nggak nyaman?
Memelihara rasa nggak nyaman justru membuat kita berperilaku negatif dengan oranglain.
Yuk berikhtiar, selesaikan yang ngganjel-ngganjel. Mana ada maunya santai kaya di pantai terus berharap oranglain berubah? Lah, kata mbak Dini, itu jalan tol menuju kedepresian!
Hasil nggak akan mengkhianati ikhtiar. Tapi jangan lupa, hasil itu nggak cuma yang kelihatan di dunia.
Justru yang dicari akherat kan?
Pada saat memaafkan, itu nggak ada hubungan dengan orang yang menyakiti hati.
Justru memaafkan itu menyembuhkan diri sendiri.
Mari memaafkan oranglain, bukan karena mereka layak dimaafkan, tapi karena kita kayak merasakan damai.
Tim Sharing Enlightening Parenting |
Barokallah mbak Dini Swastiana juga tim MOM, terutama untuk guru kesayangan saya, mbak Okina Fitriani, founder Enlightening Parenting. Semoga segala kebaikan dan kemudahan tercurah bagi sahabat-sahabat saya ini juga mereka yang berkesempatan hadir di kelas kemarin karenaNya.
Tim Sharing Enlightening Parenting |
Forgiveness Therapy Massal |
Tulisan ini pernah diposting di instagram @nuriiaprilia :
Bagian 1 klik di sini.
Bagian 2 klik di sini.
Bagian 3 klik di sini.
Alhamdulillah cakep banget Blognya Mbak Nuri. Love ๐๐..love..๐๐ selamat menebar kebaikan Mbak Nuri sayang๐๐๐
ReplyDeleteamiin mbak iwedku syg :*
Delete