SOCIAL MEDIA

Saturday, February 13, 2021

Mengenang Prie GS, Dari Saya Seorang Ibu Rumah Tangga

Saya kemarin 𝙣𝙜𝙖𝙢𝙗𝙚𝙜.
𝙉𝙜𝙜𝙤𝙣𝙙𝙪𝙠.
Bagai anak kecil yang lollipopnya direbut paksa dan tak punya kuasa.
Mau tanya “𝗸𝗲𝗻𝗮𝗽𝗮.”
Tapi kok kenapa harus 𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮?
Pagi itu, selesai sarapan mengenyangkan perut dan mata, Andin merajuk minta mampir di playground dekat restoran di salah satu hotel di Jogja. Ya, kami memang sedang rehat sejenak, jauh dari rumah.
“𝑆𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑎𝑙𝑎𝑟𝑚 𝑏𝑢𝑛𝑦𝑖 𝑦𝑎, 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑎𝑢 𝑐ℎ𝑒𝑐𝑘 𝑜𝑢𝑡.” Kata saya mengingatkan.
“𝑂𝐾!” yang tertinggal hanya suara, karena detik berikutnya Andin sudah melesat memasuki playground kesayangannya.

Di dalam playground ada perpustakaan kecil, tak banyak buku, tapi menarik. Sambil menemani Andin yang asyik sendiri, saya melihat-lihat buku yang ada. Lalu detik berikutnya HP saya berbunyi. Bunyi yang sama, namun mengabarkan sesuatu yang berbeda.
“𝑀𝑎𝑠 𝑃𝑟𝑖𝑒 𝐺𝑆 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙.” Kata bapak Hen tanpa 𝙩𝙚𝙙𝙚𝙣𝙜 𝙖𝙡𝙞𝙣𝙜-𝙖𝙡𝙞𝙣𝙜 seolah beliau begitu percaya, bahwa saya 𝙣𝙜𝙜𝙖𝙠 𝙥𝙖𝙥𝙖.

𝑆𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑖𝑛𝑔……
Dunia saya langsung hening.
Lagi-lagi, saya merasakan sakit di dada.
Sakit kehilangan.
Kehilangan guru, panutan, dan penulis kesayangan.

𝘽𝙚𝙩𝙖𝙥𝙖 𝙢𝙖𝙣𝙪𝙨𝙞𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙢𝙖𝙠𝙝𝙡𝙪𝙠 𝙩𝙖𝙣𝙥𝙖 𝙠𝙪𝙖𝙨𝙖.
𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙖𝙙𝙖 𝙣𝙮𝙖𝙬𝙖 𝙤𝙧𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙖𝙞𝙣, 𝙣𝙮𝙖𝙬𝙖 𝙙𝙞𝙧𝙞𝙣𝙮𝙖 𝙥𝙪𝙣 𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠.

Dengan mata berkaca-kaca, pikiran saya menerawang jauh, saat bertemu mas Prie. Saya mengenal beliau “lewat” bapak Hen.

“𝐴𝑛𝑎𝑘𝑚𝑢 𝑙𝑒𝑏𝑖ℎ 𝑘𝑒𝑖𝑏𝑢𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑖𝑏𝑢𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖. 𝐻𝑎ℎ𝑎ℎ𝑎…” Kata mas Prie sambil tertawa saat mendengar cerita perjalanan saya menjadi ibu.

“𝑈𝑏𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑚𝑢. 𝑆𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ.” Kata beliau sesaat setelah meminta saya tanda tangan diatas kertas kosong selesai membaca tulisan saya.

“𝐾𝑎𝑚𝑢 𝑛𝑔𝑔𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑢𝑝𝑎𝑦𝑎 𝑎𝑝𝑎-𝑎𝑝𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘𝑘𝑎𝑛 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑖𝑡𝑢 ℎ𝑎𝑑𝑖𝑟, 𝑁𝑑𝑢𝑘. 𝑊𝑜𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑑𝑖 𝑟𝑢𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑖 𝑎𝑗𝑎, 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑠𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑘𝑎𝑚𝑢 𝑎𝑑𝑎, 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑚𝑢 𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑖𝑐𝑎𝑟𝑎. 𝑀𝑒𝑛𝑎𝑟𝑖𝑘.” Kata mas Prie tiba-tiba, saat saya mengunyah jajanan pasar, suguhan yang beliau sajikan.
Berikutnya diikuti nasihat-nasihat tentang hidup, tulisan dan gaya bicara.
Nasihat yang sudah pasti tidak akan saya dengar lagi, kecuali saya berharap beliau menyeramahi saya dalam mimpi.


Mas Prie,
sosok ramah, yang membuat waktu begitu cepat saat berdiskusi dengannya.
Sosok yang membuat saya rela nabung bulan-bulan hanya untuk memiliki hampir semua buku-bukunya.
Memanusiakan manusia.
Menertawakan oranglain melalui dirinya.


Jika kamu ingin tertawa terbahak-bahak,
menangis sampai mengambil tissue tetangga,
bahkan menjadi penafsir sarat makna tanpa harus mengalami kejadian serupa,
maka tulisan-tulisan mas Prie jawabannya.

Bacalah!
Dan bersiaplah terpana.

Selamat jalan mas Prie.
Story teller yang saya kagumi.

-
Jogja, 13 Feb 2021
Nuri Aprilia
Dalam sepertiga malamNYA.