SOCIAL MEDIA

Friday, May 31, 2019

Merajut Cinta Orangtua & Mertua

Tulisan ini adalah sedikit dari sekian banyak insight kelas Enlightening Parenting Sharing Special "Merajut Cinta Orangtua & Mertua" yang dilaksanakan Kamis, 30 Mei 2019 di Lafayette Boutique Hotel Yogyakarta. Kelas kedua yang saya ikuti dengan tema yang sama. Pertama kali mengikuti itu saat bulan Ramadhan tahun lalu dan baru Ramadhan tahun ini terlaksana lagi.



Alhamdulillah. Saya bersyukur luar biasa kemarin bisa ada di dalam ruangan mengikuti Enlightening Parenting Sharing Kelas Spesial Merajut Cinta Orangtua & Mertua (MOM) bersama mbak Dini Swastiana, mbak Novi Herdalena, juga teman-teman team Enlightening Parenting sharing Jogja.


Kelas MOM kali ini betul-betul luar biasa.
Materinya runtut, slide juga videonya masyaalloh bagus betul. Penyampaian alurnya ngena dan sangat santun, plus ditambah kelas ini ngajarin tekhnik. Memang yang dibuat dan diniatkan sepenuh hati pasti akan terasa “beda”. Barokallah tim MOM EP.


Saya ini ibu yang baru memiliki satu anak.
Siapa sini yang mau ngebantah kasih sayang saya yang tiada tara sama Andin? ๐Ÿคจ
Minum susu dipipetin sampai 100x pipet 1ml-an, asal perut Andin terisi aja saya jabanin.
Deeeemiii…Deeeemiii…



Dan kelas ini mengingatkan saya, bahwa mertua itu juga orangtua. Mama Papa saya, juga Mama Papa suami adalah orangtua. Rasa sayang mereka saat mengandung, merawat, membesarkan, memberikan yang terbaik, bahkan mendoakan pagi-siang-malam, juga melakukan apapun untuk kami, anak-anaknya, tiada terbantah. Bahkan hingga saya dan suami tak lagi jadi kewajiban mereka.



Rasa sayang saya ke orangtua jangan ditanya, apalagi Mama. Sekalipun dulu saya ada konflik dengan Papa, tapi kalau ditanya siapa lelaki paling baik dalam hidup saya? ya Papa. Orang yang selalu tergopoh-gopoh terbangun tengah malam, lari-lari membawa air putih untuk saya kecil yang pura-pura mimpi buruk, padahal sebetulnya cuma susah tidur.

Mereka mengalahkan banyak kepentingan mereka untuk saya kecil. Masyaalloh Pa, semoga kami jadi orangtua dimampukan sesabar Papa. Dan pikiran ini baru terbuka ya saat MOM pertama, tahun lalu.

Lalu hubungan saya sama MERTUA gimana?



Kemarin di kelas saya ceritakan apa sebab dulu saya begitu sakit hati dengan mertua. Semoga setiap menceritakannya dan perubahan yang saya rasakan menjadi kebaikan, kelapangan dan keberkahan yang mengalir pada kedua mertua saya. Di dalam kelas MOM, rasa di dada itu penuh, pengen peruk terus cium-cium mertua. Kelas ini membuat cinta saya bertambah beribu-ribu kali lipat.


Subhanalloh kalau ingat dulu itu, betapa teganya ya saya. Sesepuh itu masih merasakan sakit hati bahkan mungkin menangis karena tingkah lalu dan tutur kata saya, menantunya yang baru satu-satunya. Padahal begitu banyak kebaikan yang beliau lakukan untuk anaknya, yang sekarang jadi suami saya dan saya yang menikmati hasil jerih payahnya. Astaghfirulloh. Semoga Alloh swt berkenan mengampuni saya ini.



Pulang kelas itu saya senyum bahagia melihat mertua ngekek-ngekek main sama Andin. Cerita ke saya soal tingkah laku Andin selama saya ikut MOM. Dan sebelum berangkat MOM, saya minta doa restu juga dicium ubun-ubunnya oleh mereka sambil sungkem cium tangan. Alhamdulillah mereka masih lengkap dan Alhamdulillah jarak rumah kami dekat. Padahal dulu jarak rumah ini jadi siksaan karena konflik tiada terselesaikan, akhirnya sekarang jadi menyenangkan, karena dimampukanNya.

Nggak ada orang yang imun dengan kebaikan. 
Persuasi itu nggak boleh ngapusi.   
Jadi, percayalah saat mau persuasi ke mertua atau orangtua, tapi kok hati masih ngganjel, ya yang ada mangkel. Narik senyum, tapi ketok le manyun.



“Aku nggak mau mbak jadi ibu yang kaya ibuku. Ibuku itu blablabla…”

Eh lah jebul saat jadi ibu justru ngelakuin yang dilakuin ibunya dulu. Ternyata, jadi potensi mengulang rantai kesalahan yang sama.

“Aku anyel mbak sama mertua. Mertua itu blablabla…”

Lalu posting meme atau caption yang mencurahkan isi hati di sosmed, nyinyir sana-sini, cari pembenaran. Ndilalah lingkungannya mendukung. Badalah. Nggak selesai masalah, yang ada kepikiran terus, gregetan, lalu edan sendiri.


MAU SAMPAI KAPAN?

Siapa pemilik umur?
Siapa penggenggam hati?

Siapa pemilik jiwa?

Tentramkah memelihara rasa nggak nyaman?

Memelihara rasa nggak nyaman justru membuat kita berperilaku negatif dengan oranglain.
Yuk berikhtiar, selesaikan yang ngganjel-ngganjel. Mana ada maunya santai kaya di pantai terus berharap oranglain berubah? Lah, kata mbak Dini, itu jalan tol menuju kedepresian!


Hasil nggak akan mengkhianati ikhtiar. Tapi jangan lupa, hasil itu nggak cuma yang kelihatan di dunia.
Justru yang dicari akherat kan?

Pada saat memaafkan, itu nggak ada hubungan dengan orang yang menyakiti hati. 
Justru memaafkan itu menyembuhkan diri sendiri.

Mari memaafkan oranglain, bukan karena mereka layak dimaafkan, tapi karena kita kayak merasakan damai.


Tim Sharing Enlightening Parenting
Barokallah mbak Dini Swastiana juga tim MOM, terutama untuk guru kesayangan saya, mbak Okina Fitriani, founder Enlightening Parenting. Semoga segala kebaikan dan kemudahan tercurah bagi sahabat-sahabat saya ini juga mereka yang berkesempatan hadir di kelas kemarin karenaNya.


Tim Sharing Enlightening Parenting
Forgiveness Therapy Massal
Tulisan ini pernah diposting di instagram @nuriiaprilia :
Bagian 1 klik di sini.
Bagian 2 klik di sini.
Bagian 3 klik di sini.

Tuesday, May 28, 2019

Jus Buah Naga Kaya Serat




Jus ini jadi salah satu minuman andalan saat berbuka puasa.

Resep ini saya dapat dari salah satu sahabat saya, mbak Annabella. Saat ke rumah beliau untuk minta air hujan, ehh malah kita dibikinin jus enak ini sama mbak Anna. Yeaay!

Resep :

Buah Naga 1 gluntung
Air putih 1 gelas mug
Psyllium Husk 1 sendok makan
Garam himalayan seujung sendok teh
Air perasan jeruk nipis

Blender jadi satu.

Hasilnya :
Jaadiilaaah 2 gelas mug jus buah naga tinggi serat siap santap.


Membangun Kedekatan (Rapport) ala Enlightening Parenting Dengan "Aku Hanya Untukmu" di Bulan Ramadhan


 

Adakah yang masih bingung berkegiatan “Aku Hanya Untukmu” ala Enlightening Parenting?
Bulan ramadhan ini saya nemu kegiatan AKU HANYA UNTUKMU yang murah meriah tur sehat wal’afiat.




Awal belajar Enlightening Parenting saya termasuk golongan Mama yang banyak bingungnya, banyak takutnya.
Belom dicoba, udah takut bingung nantinya.
Belom dipraktekkan, udah takut gagal hasilnya. Termasuk memraktekkan AKU HANYA UNTUKMU.
Alhasil judeg duluan. Buahaha…

Adakah yang kaya saya? ๐Ÿ‘€

Di buku EP ada pembahasan 5 pilar keberhasilan membuat perubahan dalam pengasuhan, salah satunya yaitu membangun kedekatan (rapport). Kedekatan itu ya nggak cuma secara fisik, tapi juga kedekatan yang diterima bawah sadar anak. Jaadi, kalau anaknya ada yang masih nolak, ya tandanya kedekatan juga kepercayaan si anak ke yang ditolak itu belum terbangun dengan baik.

Mbak Okina Fitriani juga menuliskan di buku The Secret of Enlightening Parenting beberapa penelitian yang mengamini bahwa kondisi emosi seseorang atau mood akan mempengaruhi orang lain. Detailnya bisa baca di buku The Secret of Enlightening Parenting ya.

Nah, kalau baca bukunya (The Secret of Enlightening Parenting), maka akan makin ngeh lagi, oalah jebul ada banyak cara ya untuk membangun kedekatan dengan anak, salah satunya AKU HANYA UNTUKMU.



Ada yang belum punya bukunya? ๐Ÿ‘€

AKU HANYA UNTUKMU ini maksudnya, saya menyediakan waktu 15-30 menit setiap hari khusus untuk Andin tanpa gangguan apapun dan siapapun. Termasuk tangtingtung tangtingtung bunyi HP.

Di bulan selain ramadhan ini, saya melakukan AKU HANYA UNTUKMU itu biasanya malam hari setelah sholat isya’ sampai sebelum tidur. Aktivitasnya gonta-ganti antara pijet Andin, uwel-uwel di tempat tidur, makan snack malam, mendongeng, atau pillowtalk dalam remang-remang syahdunya malam. *Halah



Kalau di bulan selain ramadhan itu biasanya malam hari.
Lalu pas bulan ramadhan gimana?

Di bulan Ramadhan itu kalau sore saya sibuk siapin buka puasa, ngaji, plus malam juga tarawih, maka waktu ideal AKU HANYA UNTUKMU justru setelah subuh sampai sebelum mandi pagi. Walaupun ya sakjane ada kepengenan tidur lagi. Buahahaha….๐Ÿคฃ

Nah, yang saya lakukan itu JALAN-JALAN muter kampung berdua sama Andin. Syahdu lo...
Setelah subuh, tunggu matahari muncul dikit barulah kita muter kampung. Udaranya seger, enak. Olahraganya dapet, rapport buildingnya dapet. Efisien, sekali dayung 2 pulau terlampaui ๐Ÿคฃ

Saat jalan-jalan Andin nyerooocoooos terus. Kadang nyanyi lagu yang yah itu lagi itu lagi. Kalau Andin nyanyi biasanya saya dilarang ikutan nyanyi. Katanya suara Mama “salah” alias ngganggu khusyuknya Andin menghayati lagu. Hahaha…๐Ÿ˜…
Jadilah saya cuma senyam-senyum sambil ngikutin gerakan kakinya, loncat-loncat kecil gitu deh nyesuain irama plus diliatin tetangga ๐Ÿ˜†



Kadang ya jalan-jalan kami diisi cerita Andin, mulai dari kegiatan sekolah, interaksi sama temannya, kalimat-kalimat yang diucapkan guru-guru pengampu kelasnya, bahkan ngresula soal Bapaknya. Hahaha… *Pak Bapak Kena dah ๐Ÿ˜

Kalau Andin cerita maka kesempatan saya buat ngorek-orek banyak hal. Gara-gara kegiatan ini juga saya sadar lupa menjadi “detektif kebaikan” untuk sekolah Andin, baik guru maupun teman-temannya. Amnesia jadi “detektif kebaikan” membuat saya mengeneralisasi beberapa minus yang tak rasakan di sekolah Andin. Nila setitik rusak susu sebelanga.



Menjadi “detektif kebaikan” seperti yang Andin ceritakan di pagi hari membuat saya ngeh bahwa iya ya, sekolahnya ini juga banyak jasanya, banyak kebaikan yang Andin rasakan dan memudahkan saya juga sebagai ibu. Jadi, saya mulai mencatat, menjadi “detektif kebaikan” ala EP untuk berbagai hal positif yang dilakukan Andin maaupun lingkungan sekolah. Efeknya justru saya dimampukanNya punya beberapa solusi dalam menghadapi “tantangan” interaksi Andin dengan lingkungan sekolahnya.

Berkah Ramadhan.
Berkah jalan pagi berdua. Makasih nak!


Coba saya tidur lagi, berkah apa ya nanti?! ๐Ÿ˜

Tulisan ini pernah diposting di instagram, bagian 1 dan bagian 2.

Friday, May 24, 2019

Siapkan Anak Menunggu Mama Seminar Online Dengan Briefing & Roleplaying






Founder Enlightening Parenting, mbak Okina Fitriani, mengisi seminar online via cozora.
Ada yang ikut?

Ada yang ikut? ๐Ÿ™‹

Buat saya seminar online ada plus minusnya.

Plusnya itu di rumah bisa nyambi jagain Andin, minusnya justru karena di rumah biasanya malah jadi nggak konsen, karena Andin ngrecokin melulu. ๐Ÿ˜‚

Harusnya kan seneng ya emaknya nggak perlu keluar rumah, tapi eh tapi Andin malah 'caper'.

Ujung-ujungnya ya rewel. ๐Ÿค”

Baru ngeh, kalau emaknya harus keluar rumah, kok ya Andin anteng, mandiri, nyenengin ya?!

Ini konon kata Bapak Hen lo ini. Hahaha...
Tapi, kalau emaknya seminar yang diem di rumah kok ya sebaliknya. ๐Ÿ˜‚

Kenapa eh kenapa ya?

Nah...teernyataa...

Kalau mau ninggal Andin buat kelar rumah, biasanya saya siapkan semuanya jauh-jauh hari. Ada sounding, briefing, nanti makan gimana, mandi gimana, baju dimana, mainan apa, snack nya apa, dll.
Yang dibriefing bukan cuma Andin, tapi juga Bapaknya yang jagain. Makaaasih Bapak. ๐Ÿ˜›

Hidup jadi terarah.


Sebaliknya, kalau seminar online di rumah itu cenderung 'ngegampangin'. Saya ngerasa halah kan dirumah. Seminarnya juga 2-3 jam doang kan ya. Ngapain ribet-ribet briefing...alhasil ambyar. ๐Ÿ˜

Terus gimana dong?

BRIEFING

Di Enlightening Parenting selalu diajarkan bahwa, anak itu ya bukan orang dewasa yang dikecilkan.

Jadi, pengalaman yang sama sekali belum ada jejak peta mentalnya perlu dilatih dan dikenalkan. Kasih gambaran sedetail mungkin.


ROLE PLAYING

Lakukan main peran sama anak untuk memastikan anak siap nggak dengan kondisi tadi. Lalu cek pemahamannya. Apa anak sudah mengerti dan tau bagaimana nanti bersikap.

Briefing saya waktu itu kurang lebihnya gini :


Mama (M) : Andin, besok waktu Andin pakai baju biru (Andin belum tau konsep hari), habis kita ngaji (Andin belum tau konsep jam dan ngaji itu saya lakuin habis sholat maghrib). 
Mama mau belajar di sini ya (nunjuk meja depan yang ada laptopnya).
Nanti kalau alarmnya bunyi tengtongteng tengtongteng (sambil nyanyi), Mama sudah selesai belajarnya, terus ngelonin Andin, kita bobok.
Andin (A) : (ngangguk)


M : Nah, Mama belajar itu harus liat laptop, nggak boleh diganggu ya.

Pas Mama didepan laptop, Andin mau nemenin Mama sambil mainan di sini (nunjuk meja depan) atau di kamar?
A : Dikamar aja, sumuk.


M : Nah, di kamar mau mainan apa? Mama bantu siapin.
A : Kotaknya bawa ke kamar aja, biar Andin pilih sendiri.


M : Oke, nanti mama bawain kotaknya.
Andiiiin, kalau Andin laper, Mama siapin pisang goreng disini ya (nunjuk meja dikamar). Kalau Andin mau pipis atau e*k nanti minta tolong Bapak.

A : Iyaaa..kalo Andin ngantuk?
M : Nah, kalau Andin ngantuk, boleh tidur dulu sama Bapak atau tunggu sampai alarm bunyi nanti dikelonin Mama.
Oke ya Andin?
A : oke


M : Sipp...kita ulang ya.

Jadi, besok waktu Andin PAKAI BAJU BIRU, SELESAI NGAJI, Mama mau belajar didepan.
Andin nggak boleh ganggu Mama belajar sampai alarm bunyi.
Andin TUNGGU Mama sambil mainan di kamar sampai alarm bunyi.
(intonasi suara saya tekan di kata2 yang dihuruf besar)
Kalau Andin laper, gimana, Ka?
A : Ada pisang disini. (nunjuk meja).


M : Kalau mau pipis?
A : Minta tolong Bapak.


M : Kalau bosen?
A : Ambil mainan di kotak.


M : Kalau ngantuk?
A : Tunggu alarm bunyi.


M : Oke, kita coba yuk, Ka.

Ceritanya Andin sudah pakai baju warna biru ni ya, Mama set alarmnya ya.

(Terus lakuin role play kaya gambaran diatas).

Step diulang-ulang sbelum hari H sampai akhirnya pas hari H, sbelum waktu seminar mulai, Andin ngeralat kesepakatan.
Andin minta Mamanya supaya belajarnya di kamar aja, biar dia bisa liat Mamanya.
Dia juga memastikan dengan bilang nggak akan ganggu walaupun kami satu ruangan.

Dan ternyata memang bener, 2 jam seminar aman, damai, tentram.


Semua berjalan sesuai biefing, Andin pipis sama Bapaknya. Ambil dan makan pisang goreng sendiri lalu mainan berdua sama Bapak. Waktu ngantuk, dia bilang “alarm-nya belum bunyi, Andin mau tunggu Mama” hehhe..❤


Selesainya saya bilang terimakasih karena sikapnya ๐Ÿค—

Konsekuensi juga bisa disepakati bersama dalam briefing, misal kalau ternyata tetep rewel gimana, dll.


Buat Andin tadi tanpa konsekuensi, kenapa?

Misalnya ternyata Andin rewel, ya nggak papa, saya akan mendahulukan Andin dan menutup laptop, karna materi seminar online masih bisa dilihat rekamannya 2x24jam.
Tapi, Alhamdulillah ternyata lancar ❤

Awalnya, saya menganggap briefing itu buang-buang waktu.

Rasanya males banget kan ya buat hal (yang menurut saya) sepele harus nyiapin sampai segitunya, tapi justru dengan 'buang waktu' tadi jadi bisa membuat kegiatan lancar, menyenangkan, bebas dari NGANCAM-MENGANCAM dan EMOSI yang nggak perlu ๐Ÿค—

Selain itu, kata mbak Okina Fitriani,


Orangtua perlu paham rentang perhatian dan pengendalian diri anak belum seperti orang dewasa. Lihat tanda-tanda kalau anak sudah mulai merasa bosan, lelah, ngantuk. Biasanya rentang waktunya sekitar 20 menit.
Kalau orangtua rajin menerapkan briefing dan role playing sejak usia balita, maka orangtua akan menuai hasilnya di usia anak 7-8 tahun. Hidup akan smakin mudah.

Saat tulisan ini dibuat, Andin berusa 3 tahun 7 bulan.
Tulisan ini sudan pernah di posting di Instagram, klik di sini.

Thursday, May 23, 2019

Menjelaskan Konsep Mati Atau Meninggal Pada Balita

Kenapa ikannya mati, Mama?
Kalau mati nggak bisa hidup lagi?

Meninggal itu apa, Mama?
Kenapa kok meninggal?
Kalo nggak bisa hidup lagi, terus ketemu Alloh nya gimana?


Saya adalah satu-satunya yang paling dipercaya Andin, tempat bertanya semua hal tanpa kecuali.
Jadi, apapun yang keluar dari mulut saya adalah BENAR, menurut Andin.
Mulut & pikiran ini dirasa udah hati-hati betul, tapi kadang 'kepleset'. Kadang ni saya nggak kepikiran, eh dia malah mikir itu. ๐Ÿ˜‚

Singkat cerita, saya tanya di grup Enlightening Parenting (EP) tentang konsep menjelaskan meninggal atau kematian untuk anak. Alhamdulillah, ada sharing dari Canunkamil penulis buku anak Sabar-Syukur SakeenaFamily yang trnyata alumni EP juga & satu grup. Nah, obrolan saya di bawah ini memodel dari obrolan beliau & putra-putranya.

Slesai Andin mandi sambil saya temani dia pakai baju, saya minta ijin buat brangkat layat setelah dia nanti selesai sarapan.

Andin (A) : Kenapa Mama mau layat?
Mama (M): pak A meninggal ka, tadi subuh.

A : Meninggal itu apa, Ma?
M : ๐Ÿ˜Š
(Momen pas nih, saya ambil 2 mainan Andin (Kitty sama Mickey, semua pakai baterai, yang satu masih on, yang satu baterainya sudah habis).
Andin ini Kitty kok bisa goyang-goyang kenapa ya?
A : Kan ada baterainya.

M : Ini Mickey kok nggak bisa goyang-goyang ya padahal ada baterainya juga?!
A : Kan baterainya abis, belum dibeliin Mama.

M : Nah, meninggal itu kalau kita batereinya habis, Ka.
Kalo mama pasang baterai baru sekarang di Mickey, Andin tau ga kapan baterai Mickey habis?
.
A : yaaa kalo mickeynya udah ga gerak2 lagi
.
M : nah kapan tu? Tau ga Andin kapan mickeynya gak gerak2 lagi?
.
A : *geleng2*
.
M : Nah, kita juga ga pernah tau kapan baterai kita habis. Itu rahasianya Alloh.
Kalau baterai kita habis, kita meninggal. Nggak gerak-gerak lagi.

A : Baterainya dimana mama tarohnya? (Andin ngeliatin badan dia sendiri).
Bisa dibuka nggak?
M : ๐Ÿ˜Š
Baterainya kita tuh disini, Ka. (Saya nunjuk jantung).
Nah, bisa dibuka nggak tu ya, Ka?
A : Nggaaaak, kan ada kulitnya.

M : Nah, karena kita hidup cuma satu kali, Ka.
Yg penting bukan kapan baterainya habis, tapi yg paling penting, selama baterainya Andin yang di sini ini (nunjuk jantung) masih nyala, kita harus berbuat baik terus ya ka, sama siapapun ๐Ÿ˜Š.

Mbak Okina Fitriani, founder Enlightening Parenting memberikan catatan penting:
MENINGGAL = JATAH HABIS

Jangan bilang diambil Allah ya.
Anak akan berpikir kok Allah ambil-ambil ayah ibu dan orang2 yg aku sayangi?
Salahku apa?
Konsep diambil akan disamakan spt ketika di hukum.

Tulisan ini Sudan pernah di posting di instagram, klik di sini.